Kamis, 20 Februari 2014

QURBAN; TANDA CINTA

QURBAN; TANDA CINTA
Oleh: Nurmansyah
DSC09413
al kautsar 1sampai3
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah dan Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.
(Qs. Al-Kautsar:1-3)
Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan ‘Aisyah ra.
Artinya: tidak ada amalah yang diperbuat manusia pada hari raya qurban yang lebih dicintai oleh Allah SWT selain menyembelih qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu dan kuku-kukunya. Sesungguhnya sebelum darah qurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah SWT, maka tenangkanlah jiwa dengan berqurban. (HR. Tirmidzi)
Hari raya Idil Adha dikenal dengan hari raya korban yang merupakan hari raya besar bagi umat Islam setelah hari raya Idil Fitri. Setiap setahun sekali umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakannya dengan penuh kekusyukan. Umat Islam yang sedang melaksanakan Ibadah Haji melaksanakan qurban di Mekkah dan umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji melaksanakan di kampung halaman masing-masing.  Daging korban dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan dengan penuh keihklasan dan ketundukan. Hari raya Idil Adha juga dikenal dengan hari raya haji. Disebut demikian karena hari raya ‘Idil Adha dilaksanakan bertepatan dengan jutaan manusia yang sedang melaksanakan rangkaian ibadah haji di Makkatul Mukarramah.
Syariat ibadah Qurban sudah dimulai semenjak nabi Adam As. Tujuan ibadah qurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kemudian, peristiwa qurban juga dilakukan pada masa Nabi Ibrahim As. Kejadian itu terukir dalam al-Qur’an surat as-shaffat/36:102-107
as shaffat 36 102 sampai 107
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Padah ayat ini Ibrahim As menyembelih Ismail; seorang anak yang diidam-idamkan selama ini, sebagai tanda ketaatan kepada Allah SWT. Kecintaan Ibrahim As kepada Allah SWT melebihi cintanya kepada harta termasuk anaknya Ismail sehingga ketika Ibrahim mendapati wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya, ia lakukan tanpa keraguan. Ibrahim As melakukan itu sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT atas pemberian Allah berupa seorang anak yang shaleh.
Artinya :    Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh.
Ada suatu hal yang menarik dari dialog Ibrahim As; sebagai seorang bapak dengan Ismail As sebagai seorang anak. Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Bahasa Ibrahim sangat santun kepada anaknya. Memanggil anaknya dengan di awali kata “wahai” (ya bunayya). Ini adalah panggilan penuh kasih dan sayang seorang bapak kepada anak. Selanjutnya, Ibrahim mengawali kata-katanya berikut dengan kata “sesungguhnya.” Ini menunjukkan bahwa Ibrahim As adalah sosok yang tegas dan tidak ragu dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan. Perkataan yang keluar dari mulutnya tidak dibayang-bayangi oleh nafsu melainkan didasari oleh kekuatan keyakinan kepada Allah SWT; bahwa apa yang diucapkan itu sepenuhnya disandarikan kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
sesungguhny ibrahim itu
Artinya:   Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang Penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah.
Kuatnya keyakinan Ibrahim bahwa itu adalah wahyu dari Allah SWT, ia melanjutkan kalimat berikutnya “ aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.”Kalimat berikut ini adalah kalimat yang tidak patut diucapkan seorang bapak kepada anak. Kita akan berfikir bahwa sungguh tidak berperikemanusiaan bila seorang bapak mengatakan hal yang demikian karena kalimatnya begitu menakutkan. Dan kita akan menilai bahwa yang demikian itu kejam dan sadis. Ibrahim pun melanjutkan dengan menanyakan pendapat sang anak ” fikirkanlah apa pendapatmu!”. Terlihat dari kata-kata ini bahwa Ibrahim As adalah seseorang yang tidak mau memaksakan diri atau keinginan atau pendapat kepada anak. Ibrahim menghargai pemikiran seorang anak walaupun dia menyadari bahwa yang disampaikan kepada anaknya adalah kebenaran dari Allah SWT (wahyu) yang tidak perlu dimusyawarahkan lagi. Namun, apa jawaban Ismail…: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
Subhanallah……..walhamdulillah, walaa ilaahaillallah walllahu akbar….
Allah swt berfirman pada ayat ke 102
maka kami beri di khabar
Artinya: Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar.
Ini merupakan janji Allah kepada Ibrahim untuk memberik anak yang shaleh, yakni memiliki seorang anak yang mempunyai sifat sangat penyabar atau halim. Menurut Hamka, sabar dan halim mempunyai perbedaan. Sabar diartikan sebagai perisai/penangkis bila cobaan datang dengan tiba-tiba. Sedangkan haalim adalah sesuatu yang sudah menjadi tabiat hidup atau bahwa kesabaran sudah menjadi tabiat hidupnya.[1] Sungguh mengharukan jawaban si anak. Benar-benar terkabul do’a yang ayah untuk memiliki keturunan yang shaleh. Dia percaya bahwa mimpi ayahnya adalah wahyu dari Allah SWT, bukan mimpi sembarang mimpi. Sebab itu, dianjurkan ayahnya untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT.
Ibrahim As adalah orang yang sangat mencintai Allah SWT begitupun anaknya, Ismail As. Ibrahim As adalah seorang hamba yang senang mengembalikan segala ujian dan cobaan hidup kepada Allah SWT sehingga dia termasuk seorang yang sangat penyabar. Hal demikian pun turun kepada anaknya Ismail As yang memiliki sifat halim seperti bapaknya. Kesabaran mereka berdua telah diuji oleh Allah SWT. Ini semua dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah atas apa yang telah diberikan. Ujian demi ujian hidup yang diterima Ibrahim As dilewati dengan kesabaran. Atas kesabaran itu, Ibrahim As dikarunia anak yang shaleh sesuai dengan keinginannya. Namun, melalui nikmat yang diterima Ibrahim As tersebut Allah langsung menguji. Ujian ini pun berhasil dilewati oleh Ibrahim As dengan sukses.
Kisah Qurban, baik di masa nabi Adam As dan di masa Ibrahim As yang menginspirasi jiwa adalah bagian dari berbagai kisah pengorbanan yang patut dicontoh dan ditauladani oleh setiap orang dalam kehidupannya. Inspirasi jiwa melalui Kisah Ibrahim As dan Ismail As memperkokoh keimanan kita kepada Allah SWT dan memperkuat kesabaran diri terhadap segala ujian cobaan hidup serta meningkatkan kualitas cinta kepada-Nya.
Comments
0 Comments